-Minggu, Kamar Sawako, jam 05.40
Aku terbangun.
“Huah... Gawat nih!”
Kataku bingung sambil menggaruk kepalaku
Yang sebenarnya tidak gatal
Lalu aku berdiri dan meregangkan badanku
Kemudian aku membuka jendela
Dan menghirup udara pagi yang masih segar.
Aku termenung sambil memandang ke
Burung merpati yang sedang bertengger di dahan pohon
Bersama temannya, mereka terlihat sangat gembira
Aku berpikir,
-Hmm benar juga ya, jika hewan saja
bisa berteman, mengapa aku tidak?-
Aku tersenyum simpul,
lalu berbalik dan merapikan tempat tidurku.
“Ya ampun…! 3 hari itu, berarti dihitung mulai hari ini ya?
Aku harus bergegas”
Setelah itu, aku pergi mandi,
Tidak lupa menggosok gigi *halah kayak lagu anak-anak aja*
Lalu aku mengenakan pakaian komplit,
dan tidak lupa aku membawa tas rajutanku
yang berisi manga dan novel.
Aku memutuskan untuk pergi ke
Karena, pasti sulit jika mencari teman
di hutan yang sangat sepi itu..
-Taman bunga, Jam 06.00
Aku berjalan menyusuri taman bunga.
Hufh.. masih sepi, tidak terlalu banyak orang
Hanya ada orang-orang dewasa yang sedang berlari pagi
Dan pembersih taman yang sedang menyapu
daun-daun yang berguguran.
Aku lalu duduk di kursi taman
Mengambil novel dari dalam tasku
Lalu aku membaca, menunggu yang tidak jelas
Lama kelamaan taman ini menjadi ramai.
Aku tidak suka keramaian,
Kepalaku jadi pusing kalau melihat banyak orang.
Entah ini penyakit atau apa,
Aku tidak tau. Yang jelas aku benci keramaian!
“Hufh.. sebaiknya aku pergi saja dari sini”
Saat aku hendak beranjak dari situ
Tiba-tiba aku mendengar
suara cempreng yang sudah tidak asing lagi
samar-samar dari jauh
“Hey Sawako….!” Teriaknya nyaring
Aku menoleh,
Dan seperti yang sudah kuduga
pasti Ami Sakura yang sedang melambaikan tangannya ke arahku
kemudian ia berlari menuju ke arahku
Aku terdiam, menatapnya sinis
Lalu berbalik dan berjalan pergi dari tempat itu
“Hey tunggu!” teriaknya lagi
Aku tidak menghiraukannya
Aku malah semakin mempercepat langkahku
Aku masih malu dengan kejadian itu
Dia berlari mengejarku
Akhirnya aku terkejar juga.
“Kenapa sih kamu dipanggil malah kabur?”
Tanyanya heran sambil menarik tanganku
Aku berhenti melangkah dan berbalik..
“Ah.. maaf ya aku tidak pandai berteman, meskipun aku ingiin sekali”
Kataku sedih
“Ho begitu… pantas saja setiap aku memperhatikan kamu
di sekolah , kamu selaluu saja menyendiri.. Aku jadi kasihan denganmu”
Katanya simpatik
Aku terdiam. Kupikir Ami tidak pernah memperdulikan aku.
“Aku sebenarnya ingin menjadi temanmu,
tapi sepertinya kamu membenciku, bukan begitu Sawako?”
tanyanya sambil menatap langit
“Yah… aku memang sempat membencimu,
Tapi kurasa aku salah. Sepertinya kamu berbeda…”
Kataku pelan
“Berbeda? Berbeda apanya?” tanyanya heran
“Dan kalau boleh aku tau kenapa kamu sempat membenciku?”
Ia tersenyum, manis seperti biasa
“Hh… mungkin aku iri padamu karena kamu cantik,
cerdas, kaya juga mempunyai banyak teman…
Dan kupikir semua hal itu membuatmu menjadi anak yang sombong,
tapi ternyata tidak, aku salah menduga..
Kamu ternyata anak yang ramah dan baik hati..
Hal itulah yang ada pada dirimu dan berbeda dari anak-anak yang lain.”
jelasku panjang lebar luas volume *halah
Ami melongo
Lalu dia tertawa terbahak-bahak
“Hahahahaaah aku gak sebaik yang kamu katakan tadi kok,
Aku ini sebenarnya pemalas loh kalau di rumah,
Terus aku gak bisa masak…” katanya tersipu
Sekarang malah aku yang melongo
Kukira dia sempurna, perfecto *hedeh
Ternyata dia…. Punya kekurangan juga ==’
“Oh ya ampun… kalau aku lumayan bisa masak sih.”
Kataku malu
“Oh ya? Huaah kamu hebaat” katanya takjub
Sambil ngacungin jempol
“Jadi bekal yang biasa kamu bawa itu? Apa bikinanmu sendiri?”
“Yah begitulah..” sahutku simple
“Waaauw! Kalau masakanku selalu gosong! hahaha” dia ketawa lagi,
Mukanya jadi lucu.
“hmmp” kataku menahan tawa
“hee? Kalau mau ketawa ketawa aja, Sawako!” katanya nyengir sambil menepuk pundakku keras-keras *sound effect : PLAK PLAK!!
“Uhuk! Huahahaha” aku tidak bisa lagi menahan tawa
“Oh waww! Baru kali ini aku melihatmu tertawa!”
Katanya senang
“Upss…” aku menutup mulutku pakai sapu tangan
“Loh? Kok udah gak ketawa lagi? Hehe..” ^^
“Ah, cukup Sakura…aku tidak pantas tertawa…”
“Eeem… kamu cukup panggil aku Ami, Ami-chan juga boleh, kalau kamu mau.. hehehe semua manusia pantas dan wajar kok tertawa, asal ada sesuatu yang lucu.. kalau gak ada yg lucu tapi ketawa berarti… SETRES.. kayak yg bikin blog dan cerita ini… hahahahaah” katanya sambil mangap lebar-lebar kayak kuda nil
---selingan—
Ann : heeh Ami chan! Kurang ajar kamu! *lempar sapu ke Ami
Ami : week, gak kena!! XP udah ah! Balik lg ke cerita, kasian tu yg baca!
Ann : ha? O-oke deh *kabur ke belakang layar
Sawako : *melongo*
---oke deh udah selingannya—
“Hem.. Ami-chan, apa kamu pernah ke hutan bambu yg di sana itu?”
Kataku sambil menujuk ke arah hutan bambu yg memang tidak begitu jauh dari taman ini.
*wuush ada angin kencang
” Haa!? Apa tadi kamu bilang? Gak kedengeran! Anginnya berisik!!” katanya teriak- teriak
“Anuu…, APA KAMU PERNAH KE HUTAN BAMBU YANG DI SANA ITUU?” aku mencoba berteriak, hal yang sudah lama sekali tidak aku lakukan.
“Ow… iya pernah… akhir-akhir ini aku sering ke situ malahan.”
“Hah? Benarkah?” tanyaku lagi
“Iya… kamu sering ke situ kan ? Sambil ngisi buku harian?”
Katanya balik bertanya
“Eh..i-iya…kamu lihat ya?”
“Iya…” sahutnya pendek
“Eh, kita ke sana yuk!” katanya bersemangat
“Em? Boleh..” jawabku
“Kalau begitu ayooo!!” katanya sambil menggandengku menuju hutan bambu itu.
Aku hanya bisa tersenyum dan mengikuti langkah kakinya.
*To be continued*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar